PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN MELALUI DETEKSI DINI KEHAMILAN RISIKO TINGGI DALAM MENCEGAH TERJADINYA STUNTING
Abstract
Stunting merupakan retardasi pertumbuhan, ditandai dengan kekurangan gizi kronis, dikarenakan asupan yang tidak adekuat, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan linier pada anak balita. Berdasarkan standar baku WHO Child Growth Standart tahun 2010, dengan indikator pengukuran tinggi badan dibandingkan dengan umur (TB/U), atau panjang badan dibandingkan dengan umur (PB/U), dengan batasan nilai z-scorenya kurang dari -2 SD. Prevalensi panjang badan lahir pendek di Indonesia masih tinggi Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 30,8 %, paling tinggi lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara,sedangkan di Kabupaten Lombok Barat prevalensi stunting menunjukan 38,1%. Salah satu upaya dalam pencegahan stunting dapat dimulai dimasa kehamilan. Di Indonesia (2010) kelompok kehamilan risiko tinggi sekitar 34%. Kategori dengan risiko tinggi mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu 34 tahun 3 sebesar 3,8%, jarak kelahiran < 24 bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3 orang) sebesar 9,4%. Upaya pencegahan stunting yaitu melalui deteksi dini resiko tinggi kehamilan, dapat dimulai dari kader, merupakan orang terdekat dari ibu hamil maupun masyarakat.Jumlah kader di desa karang bayan yaitu 25 kader. Hasil Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat keseluruhan kader datang mengikuti kelas kader yaitu sebanyak 25 kader. Hasil evaluasi menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan kader tentang stunting kategori baik sebanyak 18 orang (72%), sedangkan dari hasil pemahaman akan deteksidini resiko tinggi yaitu dalam kategori baik sebanyak 20 orang (80%) Pada saat evaluasi materi 85 % peserta, mampu menjawab pertanyaan tentang deteksi dini kehamilan resiko tinggi dan stunting. Dari hasil analisis uji statistic Wilcoxon Signed Ranks nilai yaitu P value = 0,000 < α = 0,05, menunjukan bahwa kelas edukasi melalui pemberdayaan kader kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan kader tentang stunting dan deteksi dini resiko tinggi.
Keywords
References
Adistie, F., Lumbantobing, V. B. M., & Maryam, N. N. A. (2018). Pemberdayaan Kader Kesehatan Dalam Deteksi Dini Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang pada Balita. Media Karya Kesehatan, 1(2), 173–184. https://doi.org/10.24198/mkk.v1i2.18863
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas). E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(1), 163–170.
Bayi, N. (2016). Sukses ASI Ekslusif 2016, 0–38.
Cowden, J., Padnos, B., Hunter, D., MacPhail, R., Jensen, K., & Padilla, S. (2012). Developmental exposure to valproate and ethanol alters locomotor activity and retino-tectal projection area in zebrafish embryos. Reproductive Toxicology, 33(2), 165–173. https://doi.org/10.1016/j.reprotox.2011.11.111
Farapti, R. A. D. L. M. (2016). Pemberian Asi Eksklusif Pada Balita Stunting Dan NonStunting. Media Gizi Indonesia, 11(1), 61–69.
Guide, I. (2010). Interpretation Guide. Nutrition Landacape Information System, 1–51. https://doi.org/10.1159/000362780.Interpretation
Kunci, K. (2018). Motivator Asi Sebagai Upaya Peningkatan Cakupan Asi Eksklusif. Jurnal Abdimas, 22(1), 35–40.
Kusuma, K. E. (2013). FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutrition College, 2(4), 523–530. https://doi.org/10.14710/jnc.v2i4.3735
Nurbaiti, L., Adi, A. C., Devi, S. R., & Harthana, T. (2014). Kebiasaan makan balita stunting pada masyarakat Suku Sasak: Tinjauan 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 27(2), 109. https://doi.org/10.20473/mkp.v27i22014.109-117
Pamanji, R., Yashwanth, B., Bethu, M. S., Leelavathi, S., Ravinder, K., & Venkateswara Rao, J. (2015). Toxicity effects of profenofos on embryonic and larval development of Zebrafish (Danio rerio). Environmental Toxicology and Pharmacology, 39(2), 887–897. https://doi.org/10.1016/j.etap.2015.02.020
Pusdatin, K. K. (2016). infodatin-ASI .pdf. Retrieved from http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-ASI.pdf
Schwarz, N. G., Grobusch, M. P., Decker, M. L., Goesch, J., Poetschke, M., Oyakhirome, S., … Klipstein-Grobusch, K. (2008). WHO 2006 child growth standards: Implications for the prevalence of stunting and underweight-for-age in a birth cohort of Gabonese children in comparison to the Centers for Disease Control and Prevention 2000 growth charts and the National Center for Health Statistics 1978 growth references. Public Health Nutrition, 11(7), 714–719. https://doi.org/10.1017/S1368980007001449
Semba, R. D., Shardell, M., Sakr Ashour, F. A., Moaddel, R., Trehan, I., Maleta, K. M., … Manary, M. J. (2016). Child Stunting is Associated with Low Circulating Essential Amino Acids. EBioMedicine, 6, 246–252. https://doi.org/10.1016/j.ebiom.2016.02.030
Simbolon, D. (2015). Pelayanan Kesehatan , dan Kehamilan Risiko Tinggi ter- hadap Prevalensi Panjang Badan Lahir Pendek Mechanism of Socio-Economic , Health Services Use and High Risk Pregnancy Relations to The Prevalence of Short Birth Length, 9(3), 235–242.
van Stuijvenberg, M. E., Nel, J., Schoeman, S. E., Lombard, C. J., du Plessis, L. M., & Dhansay, M. A. (2015). Low intake of calcium and vitamin D, but not zinc, iron or vitamin A, is associated with stunting in 2- to 5-year-old children. Nutrition, 31(6), 841–846. https://doi.org/10.1016/j.nut.2014.12.011
Article Statistic
Abstract view : 875 timesPDF views : 246 times
Dimensions Metrics
How To Cite This :
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.