KELEPE (KELOR LELE TEMPE) SEBAGAI MAKANAN TINGGI PROTEIN UNTUK UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ANAK BALITA
Abstract
Angka kejadian stunting saat ini menjadi perhatian besar di Indonesia. Upaya saat ini yang dilakukan adalah dengan memberikan edukasi mengenai makanan berprotein tinggi. Edukasi yang diberikan bertujuan agar ibu balita dapat berperan menyediakan menu sehat berprotein tinggi sehingga bisa mencegah angka terjadinya Stunting. Edukasi pada ibu balita dapat diberikan melalui penyuluhan gizi. Penyuluhan bisa diberikan kepada kader Posyandu dan Ibu Balita guna meningkatkan pengetahuan sehingga akan berdampak pada perubahan perilaku sehari-hari dalam pencegahan masalah stunting pada Balita. Tujuan kegiatan adalah untuk memberdayakan kader dan ibu balita dalam pembuatan makanan tinggi protein berbasis pangan lokal (daun kelor, ikan lele, dan tempe/produk nugget kelepe) sebagai upaya pencegahan stunting. Metode dilakukan dengan memberikan penyuluhan, pelatihan antropometri (pengukuran ukuran dimensi tubuh, baik berupa berat badan, tinggi badan,panjang badan, LILA), demonstrasi pembuatan produk Kelepe (Kelor, Ikan Lele dan tempe), pengisian kuesioner pre-post test untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan yang dilakukan baik kepada sasaran kader maupun ibu-ibu Balita. Hasil kegiatan menunjukkan rata-rata pengetahuan kader dan ibu balita mengalami peningkatan. Proses pelatihan antropometri dan demonstrasi pembuatan produk selingan berbasis Kelepe pada kader dan ibu balita berlangsung baik serta mereka mengapresiasi dengan berpartisipasi aktif. Kesimpulan kegiatan pengabdian masyarakat yakni kader dan ibu balita memiliki pengetahuan yang baik setelah mendapatkan penyuluhan tentang stunting dan kelepe sebagai makanan tinggi protein untuk upaya pencegahan stunting.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. 2018. h. 1- 200.
Fuada N, Salimar, Irawati A. Kemampuan Kader Posyandu Dalam Melakukan Pengukuran/Tinggi Badan Balita. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2014;13(3):229-39.
Hien NN. Nutritional Status And Characteristic Related To Malnutrition In Children Under Five Years Of Age Inghean, Vietnam. J Prrev Med Public Health 2008;41(4):232-40.
Kementrian Kesehatan RI. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi; 2018. h. 1-6.
Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penanganan Stunting Terintegrasi Di Indonesia. Deputi Bidang Kordinasi Peningkatan Kesehatan. 2018. h. 5-6.
Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta : Kementrian Republik Indonesia. 2017. h. 1-6.
Nasikhah R, Margawati A. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-36 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur, Journal of Nutrition College 2012;1(1):176-84.
Ni’mah C, Muniroh L. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting dan Stunting Pada Balita Keluarga Miskin. Universitas Airlangga: Media Gizi Indonesia. 2015;10(1):84-90.
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2010. h. 131-207.Notoatmodjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Yuliani E, Immawanti, Yunding Junaedi, Irfan, Haerianti M, dkk. Pelatihan Kader Kesehatan Deteksi Dini Stunting Pada Balita Di Desa Betteng. Stikes Marendeng Majene : Universitas Sulawasi Barat. 2018;4(2):41-6.
Welasih BD, Wirjatmadi B. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian of Public Health. 2012;8(3):99- 104.
DOI: https://doi.org/10.32807/jpms.v4i2.1120
Refbacks
- There are currently no refbacks.